Sabtu, 29 Juni 2013

“ANALISA KERUSAKAN PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN FAKTA DAN REALITAS”

Oleh:
(Muh. Irwansyah/ Direktur 
The Community Intelektual Islamic
Temba Lae-Indonesia)


Pendidikan merupakan salah satu instrument untuk mencetak masyarakat Indonesia yang cerdas, jujur, kreatif, menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta berakhlak mulia. seperti yang telah dijabarkan dalam UUD nomor 20 tahun 2003 “Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perada­ban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
 Untuk merealisasikan cita-cita undang – undang diatas pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional mendirikan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS),Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) sampai Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta (PTN/PTS). Dari keseluruhan lembaga pendidikan tersebut para siswa dibina dan didik oleh tenaga pendidik (Guru dan Dosen) yang memiliki kompetensi dan pengetahuan sesuai dengan bidangnya masing-masing.  
Namun akhir-akhir ini, maraknya perbuatan tercela yang dipraktekkan oleh kalangan berpendidikan misalanya korupsi, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas (munculnya geng motor dan hamil diluar nikah), kecurangan pada saat UN dll memberikan gambaran kepada kita semua bahwa pendidikan dinegara ini telah gagal dalam melahirkan generasi bangsa yang cerdas, jujur, berkualitas dan berakhlak mulia seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional diatas.
Hal ini terbukti ketika kita melihat data yang dikeluarkan oleh Kementrian Dalam Negeri ternyata dari 300 lebih kepala daerah (Bupati/Walikota & Gubernur) 291 orang diantaranya terlibat kasus korupsi. Sedangkan menurut hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga survey Indonesia (LSI) pada tahun 2012 lembaga yang paling korup dinegara ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Padahal mereka semua adalah orang-orang yang pernah menempuh jalur pendidikan dan memiliki titel atau penghargaan atas pendidikan yang telah dicapainya.
Di sisi lain para remaja dan mahasiswa disibukkan dengan pergaulan bebas yang sesat dan menyesatkan. Menurut sekretaris jendral Komite perlindungan anak Indonesia (KPAI) bahwa selama tahun 2008 hingga tahun 2010 terdapat 2,5 juta kasus aborsi dan 800.000 diantaranya dilakukan oleh remaja dibawah usia 18 tahun. Sedangkan menurut Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkoba (GRANAT) sejak tahun 1999 jumlah pengguna Narkoba mencapai 2 juta orang dan pada tahun 2013 ini meningkat menjadi 4.583.690 orang, 80% diantaranya dilakukan oleh generasi muda yaitu pelajar dan mahasiswa (Granat.com/ BNN. com).
Permasalahan remaja tidak sampai disitu saja akhir-akhir ini pihak kepolisian disibukkan dengan tindakan brutal dan aksi premanisme yang dilakukan oleh geng motor diberbagai daerah. Mereka tidak segan-segan untuk merusak fasilitas umum dan bahkan melakukan aksi pembunuhan terhadap pihak-pihak yang mereka anggap sebagai musuh. Seperti yang terjadi dikota Makassar Sulawesi selatan (Kamis, 9/5/2013) dua orang wartawan Trans TV dan Fajar TV ditikam dengan menggunakan badik setelah itu para pelaku mengambil ponsel korban lalu kabur (sindonews.com). Padahal generasi muda merupakan calon pemimpin dimasa yang akan datang yang harus dijaga dan diawasi proses pertumbuhan dan perkembanaganya. Apabila generasi muda hari ini telah melakukan suatu kerusakan yakin dan percaya bahwa bangsa dan Negara ini kedepanya ikut merasakan kerusakan tersebut.
Yang paling menyakitkan lagi permasalahan pendidkan dinegara ini tidak hanya dinodai oleh pelajar dan mahasiswa. Para guru dan dosen juga terjerumus dalam lingkaran setan, misalnya terdapat guru yang berpacaran dengan siswanya bahkan melakukan tindakan asusila. Salain itu kepala sekolah di SMAN unggulan di Tangerang ditangkap oleh pihak kepolisian setempat karna terbukti memiliki sabu lengkap dengan alat pengisapnya (Kompas. com). Dan Baru-baru ini diberitakan Wakil Rektor I Universitas Indonesia telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK karena terbukti melakukan tindakan korupsi. Padahal tenaga pendidik (guru dan dosen) adalah contoh teladan bagi para siswa dan mahasiswa yang harus diikuti mulai dari perkataan sampai perbuatanya. Penulis menegaskan bahwa Guru sekarang ini hanya bisa mengoreksi kesalahan siswa dengan cara ingin memperbaiki karakter siswa sedangkan karakternya sendiri tidak jelas atau tidak patut untuk di teladani.
PENYEBABNYA.
Permasalahan pendidikan yang telah diuraikan diatas muncul akibat diterapkanya idiologi sekuler dinegara ini. Idiologi sekuler beraggapan bahwa agama tidak bisa dijadikan sistem dalam sebuah Negara. Sehingga pendidikan di indonesia menerapkan sistem pendidikan sekuler, dimana pendidikan sekuler adalah sistem pendidikan yang memisahkan antara agama dan kehidupan sehar-hari. Hal ini terbukti ketika kita melihat jumlah mata pelajaran agama disekolah umum. Dalam 1 minggu jumlah mata pelajaran agama tidak lebih dari 2 jam sehingga pembahasan masalah aqidah, akhlak, syariat islam (hukum islam) bagi pezina, pembunuh, pencuri tidak jelas atau tidak tuntas.
Sedangkan menurut (Dr. Sain Hanafy) dalam artikelnya yang berjudul Paradigma Baru Pendidikan Islam Dalam Menjawab Tantangan Global, beliau mengungkapkan sesungguhnya diakui atau tidak, sistem pendidikan diindonesia kini adalah sistem pendidikan sekuler materealistik. Hal ini dapat dibuktikan antara lain pada UU sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab IV pasal 15 yang berbunyi “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, provesi, advokasi, keagamaan dan khusus. Dalam pasal ini tampak jelas adanya dikotomi (pemisahan) pendidikan, yaitu pendidikan agama dan umum.
Selanjutnya beliau menegaskan bahwa dampak yang ditimbulkan sistem pendidikan sekuler- materealistik ini memang bisa melahirkan orang pandai yang menguasai sains-tekhnologi melalui pendidikan umum yang diikutinya, akan tetapi terbukti gagal dalam membentuk kepribadian muslim dan tidak sedikit menjadi koruptor kelas kakap. Demikian halnya mereka yang belajar dilingkungan agama memang menguasai tsaqafah islam dan secara relative sisi kepribadianya tergarap baik, akan tetapi disisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan tekhnologi.
SOLUSI UNTUK MENYELESAIKANYA
Dari pihak pemerintah sendiri telah menawarkan dan merealisasikan berbagai solusi untuk meyelesaikan permasalahan dalam pendidikan nasional, diantaranya adalah pergantian kurikulum, dan pada tahun 2013 ini akan direalisasikan kurikulum baru yaitu kurikulum perekat kesatuan bangsa (KPKB) ada juga yang menyebutnya dengan Kurikulum 2013. Selain itu pemerintah juga telah memberikan tunjangan profesi kepada guru dan dosen baik itu yang berstatus pegawai negeri maupun swasta. Dengan tujuan untuk memperbaiki kesejahteraan pendidik agar mereka menjadi guru professional yang mengutamakan tugas dan kewajibanya sebagai pendidik dari pada kepentingan yang lainya.
Namun perubahan yang dihasilkan dari usaha-usaha pemerintah diatas hasilnya nihil bahkan makin memperpuruk citra dari pendidikan nasional. Hal ini diakibatkan oleh solusi yang ditawarkan tidak sesuai dengan kondisi dilapangan ibaratkan seperti orang yang sakit gigi, lalu diobati dengan baygon (obat nyamuk) bukanya kesembuhan yang iya dapatkan malah menimbulkan penyakit baru.
Sebenarnya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah memperbaiki sistem pendidikan yang ada yaitu pendidikan sekuler diganti dengan sistem pendidikan islam seperti yang telah diterapkan oleh rasulullah saw dan para khalifah. Dalam perkembanganya pendidikan islam terus mengalami inovasi sesuai dengan tuntutan zaman. (baca: Sejarah pendidikan islam).  
Menurut Hasanuddin M.Pdi pendidikan islam adalah proses pembentukan pribadi muslim dengan menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai islam sehingga terbentuk manusia-manusia islam yang utuh baik dari segi akal, jasmani dan rohani untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat. Beliau juga menambahkan bahwa sistem pendidikan islam mengacu pada proses pembinaan rohani, intelektual dan jasmani. Ketiganya sekaligus menjadi sasaran utama tujuan pendidikan islam, yaitu pembentukan iman yang kuat, ilmu yang luas dan kemampuan dalam beramal saleh.
Sehingga ketika kejayaan islam dulu, karena sistem pendidikan islam yang mereka gunakan maka lahirlah para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu misalnya dibidang fiqih (Imam Abu Hanifah, imam Malik,Imam Syafei, Imam Ahmad, dll) bidang hadis (Imam Bukhari & Imam Muslim), bidang kedokteran (Al-Razi dan Ibnu sina), astronomi dan matematika (Al-Khawarizmi, Abbas Ibnu Firnas, Al-Biruni), kimia dan fisika (Ibnu-haytham dan Jabir Ibnu Hayyan) dan Filsafat (Imam Al-Ghazali, Al-Kindi, Al-farabi) serta masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan dibidang yang lainnya. Yang paling menakjubkan lagi adalah para ilmuwan diatas tidak hanya menguasai satu bidang ilmu tapi mereka menguasai berbagai macam ilmu makanya mereka disebut sebagai Polymath .(Baca: History Of The Arabs/ Philip K. Hitti).
Namun sistem pendidikan islam diatas hanya bisa terealisasi ketika Negara menganut idiologi islam seperti pada massa kejayaan islam dulu. Bukan dengan idiologi sekuler seperti sekarang ini. Wallahua’alam Bishawab…

Referensi:
Hasanuddin.Artikel: Dominasi Peradaban Barat Dalam Pendidikan Islam. UIN Alauddin Makassar: 2009
Philip K.Hitty. Buku: History Of The Arabs. 2006
Sain Hanafy.Artikel:Paradigma Baru Pendidikan Islam Dalam Menjawab Tantangan Global. UIN Alauddin Makassar. 2009
Syamsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam. 2009
www. BNN. Com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013
www. Granat. Com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013
www. Kompas. Com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013
www. Sindonews. Com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar